Rabu, 28 Desember 2016

METODE DAN KEGUNAAN ILMU FILSAFAT



MAKALAH
FILSAFAT ILMU
“METODE DAN KEGUNAAN ILMU FILSAFAT”

Oleh:
Kelompok3
1.       
Faturyani
: 1501030381
2.       
Laela Marjani
: 1501030391
3.       
Yulia Sudarmi
: 15010303
4.       
Titik Hernawati
: 15010303
5.       
Sofia Mutmainah
: 15010303
6.       
Baiq Siti Risa Hestina
: 15010303
7.       
Khairul Bahri
: 15010303

PRODITADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
MATARAM
2016

 
KATA PENGANTAR


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang struktur dan cabang-cabang ilmu hadis.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Metode dan Kegunaan Ilmu Filsafat” sehingga dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.







Mataram, 19 Oktober 2016


                                                                        Penyusun


DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.    Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.     Rumusan masalah...................................................................................... 2
C.     Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... .... 3
A.    Metode Ilmu Filsafat................................................................................. 3
B.     Kegunaan Ilmu Filsafat........................................................................ .... 4
BAB III PENUTUP............................................................................................ 12
A.    Kesimpulan........................................................................................... .... 14
B.     Kritik dan Saran........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar  Belakang
Memberikan definisi atau batasan tentang filafat, bukan perkara mudah, karena bagaimana mngkin memabatasi pengetahuan yang radikal dan tanpa batas dengan pembatasan-pembatasan yang menutup ruang geraknya. Secara logika, mendefinisikan berati membatasi sesuatu terminology atau konsep agar dengan mudah dapat dibedakan dengan konsep lainnya, sebagaimana terjadinya perbedaan definitive antara ilmu dan pengetahuan serta antara ilmu pengetahuan dan filsafat. Akan tetapi sesulit apa pun suatu disiplin ilmu, tentuharus didefinisikan karena definisi adalah langkah awal untuk mengetahui jati diri suatu disiplin ilmu yang hendak dikaji lebih dalam.
Secara etimologis, filsafat berasal dari beberapa bahasa yaitu bahasa Inggris. Bahasa Inggris yaitu “philosophy”, sedangkan dalam bahasa Yunanisophi”. Ada pula yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa arab, yaitu, falsafah yang artinya “al-hikmah”. Akan tetapi, kata tersebutpada awalnya.”Philos” artinya cinta, sedangkan “shopia” artinya kebijaksanaan.Oleh karena itu filsafat dapat diartikan dengan cina dan kebijaksanaan dalam bahasa arab dapat diartikan al-hikmah. Para ahli filsafat disebut dengan filosof, yakni orang yang mencintai dan mencari kebijaksanaan.
Segala sesuatu perlu dipelajari tetapi diperlukan pula metode dalam mempelajarinya. Oleh karena itu dalam mempelajari filsafat kita memiliki beberapa metode dalam mempelajarinya antara lain sebagai berikut:Metode Kritis dari (Plato dan Socrates), Metode Kritis (Plato dan Socrates), Metode Intuitif (Plotinus dan Bergson), Metode Skolastik (Aristoteles dan Thomas Aquinas), Metode Geometris (Rene Descartes dan Pengikutnya), Metode Empiris (Hobbes, Locke, Berkeley dan David Hume), Metode Transedental (Immanuel Kant dan Neo-Skolastik), Metode Fenomenologis (Husserl dan Eksistensialisme), Metode Dialektis (Hagel dan Marx), Metode Neo- positivitis, Metode Analitika Bahasa (Wittgenstein).

B.     Rumusan Masalah
1.    Metode-metode apa sajakah yang terdapat dalam ilmu filsafat?
2.    Bagaimanakah terapanatau kegunaan ilmu filsafat ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam ilmu filsafat.
2.      Untuk mengetahui kegunaan dari ilmu filsafat.





















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Metode Ilmu Filsafat
Kata metode berasal dari kata Yunani yaitu methodos. Meta yang berarti menuju, melalui, pengikuti atau sesudah sedangkan hodos yaitu  jalan, perjalanan, cara atau arah. Jadi methodosberarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis ilmiah, uraian ilmiah. Dan metode ini ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.
Sebenarnya jumlah metode filsafat hampir sama banyaknya dengan definisi dari pada para ahli dan filsuf sendiri. Kerena metode ini adalah sutau alat pendekatan untuk mencapai hakikat sesuai dengan corak pandangan filsuf itu sendiri.
Runeds dalam Dictionary of Philosophy sebagaimana dikutip oleh Anton Bakker menguraikan sepanjang sejarah filsafat filsafat telah dikembangkan sejumlah metode-metode filsafat yang berbeda dengan cukup jelas. Dan adapun metode-metodenya adalah antara lain sebagai berikut:
1.      Metode Kritis dari Plato dan Socrates
Metode ini bersifat praktis daan dijalankan dalam percakapan-percakapan. Socrales tidaak menyelidiku fakta-fakta, melainkan ia menganalisis berbagai pendapat atau aturan-aturan yang dikemukakan orang. Setiap orang mempunyai pendapat tertentu misalnya seorang negarawan mempunyai pendapat tertentu sesuai kehliannya
2.      Metode Intuitif dari Plotinus dan Bergson
Metode ini digunakan oleh Plotinus (205-270 M) dan Henri Bergson (1859-1941 M).Guna menyelami hakikat segala kenyataan diperlukan intuisi yaitu suatu tenaga rohani, suatu kecakapan yang dapat melepaskan diri dari akal, kecakapan untuk menyimpulkan dan meninjau dengan sadar.
Intuitif berasal dari bahasa inggris (intuitif atau intuition) dan bahasa latin (intueri-intuitus) maksudnya adalah in (pada) dan tueri (melihat atau manonton) secara terminologis intuisi yaitu pemahaman, pengenalan, pengelihatan, atau penangkapan (aprehensi) terhadap suatu kebenaran secara langsung tanpa melalui inferensi (penyimpulan).
Intuisi adalah naluri yang telah mendapatkan kesadaran diri, yang telah diciptakan untuk memikirkan sasaran serta memperluas sasaran itu menurut kehendak sendiri tanpa batas.Intuisi merupakan suatu bentuk pemikiran yang berbeda dengan pemikiran akal karena intuisi bersifat dinamis.
Metode ini sangat berbeda secara diametrik dengan metode empiris dan rasionalistik yang peruses penggunaannya melalui pengamatan dan pengalaman secara langsung. Intuisi juga berarti daya (kemampuan) untuk memiliki pengetahuan segera dan langsung mengenai sesuatu tanpa mempergunakan rasiobahkan, intuisi juga dapat didefinisikan sebagai pengetahuan atau insight (pemahaman) bawaan atau naluri tanpa mempergunakn pnc indra, pengalaman biasa, atau akal budi. Metode ini, antara lain dignakan oleh Plotinus dan Henri Bergson. Sebagai sebuah metode yang perosesnya menggunakan aktivitas kontemplasi dengan melakukan perenungan secara intens dan mendalam, pada dasarnya metode intuisi bukan metode anti rasional bahkan bersifat spiritual.[1]
3.      Metode Skolastik dari Aristoteles dan Thomas Aquinas
Metode Skolastik sering disebut sintetis deduktif.Filsafat Thomas Aquinas dihubungkan erat sekali dengan teologi.Sekali pundemikian pada dasarnya filsafatnya dapat dipandang sebagai suatu filsafat kodrati yang murni.
4.      Metode Geometris dari Rene Descartes dan Pengikutnya
Rene Descartes menjadi tokoh pencetus metode geometris, Rene Descartes berpendapat ada ketersusunan alami dalam kenyataan yang ada hubungannya dengan pengertian manusia. Di samping itu ia berusaha menemukan yang benar. Adapun yang harus dipandang sebagai yang benar adalah apa yang jelas dan terang (Clear and distictly).
Rene Descrtes mendapatkan metode ini menyaksikan segala-galanya atau menerapkan metode keragu-raguan, artinya kesangsian atau keragu-raguan ini harus meliputi seluruh pengetahuan yang dimiliki termasuk juga kebenaran-kebenaran yang sampai kini dianggapnya sudah final atau pasti. Misalnya, bahwa ada suatu dunia material bahwa saya mempunyai tuubuh kalau terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam kesangsian yang radikal, maka itulah kebenaran yang sama sekali pasti dan hars dijadikan dasar bagi seluruh ilmu pengetahuan.
Cogito ergo sum : saya yang sedang menyaksikan ada. Cogiti ergo sum yang berasal dari bahasa Yunani :”saya berpikir jadi saya ada”. Akan tetapi yang dimaksud Rene Descartes di siniadalah menyadari.[2]
5.      Metode Empiris dari Hobbes, Locke, Berkeley dan David Hume
Metode emperis didukung oleh Hobbes, Locke, Berkeley, dan Hume.Kedua metode tersebut memiliki tempat tersendiri dalam upaya pencarian nilai-nilai kefilsafatan secara radikal dan hakiki.
Metode ini berpendapat bahwa pengalaman lah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun yang lahiriah.akal bukan sumber pengetahuan tapi akal mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.
Thomas Hobbes telah menyusun suatu sistem yang lengkap, sekalipun  ia berpangkal pada dasar-dasar emperis, namun ia juga menerima metode metode yang dipakai dalam ilmu alam yang bersifat matematis.Ia telah mempersatukan emperis dengan rasionalisme dalam bentuk suatu filsafat materialistis yang konsekuen pada zaman modern. Baginya Filsafat adalah ilmu yang bersifat umum, sebab filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang efek atau akibatatau tentang penampakan-penampakan yang sedemikian sehingga kita peroleh dengan merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari penyebab atau asal usul yang sedemkian seperti yang dapat dimiliki dari mengetahui terlebih dahulu akibat-akibatnya.
Menurut Hobbes tidak semua yang diamati pada benda-benda itu bersifat nyata.Yang benar-benar nyata adalah gerak dari bagian-bagian kecil dari benda-benda itu.Segala gejala pada benda yang menunjukkan sifat benda itu ternyata hanya yang ada pada si pengamat saja.
6.      Metode Transedental dari Immanuel Kant dan Neo-Skolastik
Rasionalisme dan emperisme sangat bertolak belakang.Rasionalisme berpendirian bahwa rasio merupakan sumber pengenalan atau pengetahan, sedangkan eperisme berpendirian sebaliknya bahwa pengalaman menjadi sumber tersebut Aliran rasioalisme dan empirisme akhirnya diatasi oleh filsafat Immanuel Kant. Filsafatnya terutama ditekankan ke pada aktivitas pengertian dan penilaian manusia, jadi , dalam hal ini tidak menurut aspek atau segi kejiwaan sebagaimana dlam emperisme, akan tetaoi sebagai anlisis kritis.
Menurut Kant, pemikiran telah mencapai arahnya yang pasti di dalam ilmu  pengetahuan alam, seperti yang telah disusun oleh Newton. Ilmu pengetahuan alam itu telah mengajar kita, bahwa perlu sekali terlebih dahulu secara kritis menilai pengenalan atau tindakan mengenal itu sendiri.
7.      Metode Fenomenologis dari Husserl dan Eksistensialisme
Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani fenomenon yang berarti suatu yang tampak atau gejala.Fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarkan tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau suatu aliran yang membicarakan tentang gejala.
Pada prinsipnya metode fenomenologi yang dibangun oleh Husserl ingin mencapai “hakikat segala sesuatu”, maksudnya agar mencapai “pengertian yang sebenarnya”atau “hal yang sebenarnya” yang menerobos semua gejala yang tampak. Usaha untuk mencapai hakikat segla sesuatu adalah reduksi atau penyaringan.
Husserl mengemukakan tiga macam reduksi berikut ini:
a.    Reduksi fenomenologis, kita harus menyaring pengalaman-pengalaman kita, dengan maksud supaya mendapatkan fenomena dalam wujud yang semurni-murninya.
b.    Reduksi eidetis, penyaringan atau penempatan dalam tanda kurung segala hal yang bukan eidos atau inti sari atau hakikat gejala atau fenomenon. Jadi hasilreduksi kedua ialah “pemilikan hakikat”. Di sini melihat hakikat sesuatu. Inilah pengertian yang sejati.
c.    Reduksi transcendental, yang harus ditempatkan di antara tanda kurung dahulu ialah eksistensi dan segala sesuatu yang tiada hubungan timbal balik dengan kesadaran murni, supaya dari objek itu akhirnya orang sampai kepada apa yang ada pada subjek sendiri.
8.      Metode Dialektis dari Hagel dan Marx
Jalan untuk memahami kenyataan bagi Hegel adalahsesuatu  mengikuti gerakan pikiran atau konsep. Asal saja mulai berpikir secara benar, ia akan dibawa oleh dinamika pikiran itu sendiri, dan akan dapat memahami seluruh perkembangan sejarah pula. Struktur di dalam pikiran adalah sama degan genetis dalam kenyataan, maka metode dan teori atau sistem  tidak dapat dipisahkan. Karena mengikuti dinamika dalam pikiran dan kenyataan itu, maka metode Hegel dinamakan metode dialektis.
9.      Metode Neo- positivitis
Kenyatan dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif (eksakta).
10.  Metode Analitika Bahasa dari Wittgenstein
Metode ini dapat dinilai cukup netral sebab sama sekali tidak mengendalikan salah satu filsafat. Keistimewaannya dalam metode ini ialah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa didasarkan kepada penelitian bahasa yang logis.[3]
Dari sepuluh metode tersebut hanya beberapa metode yang khas bagi filsafat yang dianggap paling penting dan berpengaruh sepanjang sejarah filsafat. Metode yang khas itu lah yang dibahas oleh Anton Bakker dalam bukunya Metode-Metode Filsafat yakni metode kritis, metode intuitif, metode skolastik, metode geometris, metode eksperimentil, metode kritis-transendental, metode dialektis, metode fenomenologis, dan metode analitika bahasa. Sedangkan metode neo-positivitis tidak diuraikannya karena sebenarnya bukanlah metode yang khas filsafat, tetapi hanya metode-metode ilmu eksakta sendiri, dan metode linguistik.

B.     Asal dan Peranan Filsafat
1.    Asal Filsafat
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk ‘berfilsafat’ yaitu sebagai berikut :
a.       Keheranan
Banyak filsafat menunjukkan rasa heran (dalan bahasa yunani thaumasia) sebagai sal filsafat. Plato misalnya mengatakan bahwa mata kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dari penyelidikan ini berasal filsafat.
b.      Kesansian
Filsuf-filsuf lain,misalnya Augustinus (254-430 M) dan Rene Descartes (1596-1650 M) menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran,tetapi kemudian ia ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh panca inderanya kalu ia heran? Apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat? Dimana dapat ditemukan kepastian? Karena dunia ia penuh dengan berbagai pendapat, keyakinan dan interpretasi.
c.       Kesadaran akan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya itu sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya ini manusia mulai berfilsafat. Ia mulai memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.
2.    Peranan Filsafat
Menyimak seba-sebab kelahiran filsafat dan proses perkembangannya, sesungguhnya filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga peranan yang telah diperankannya sebagai pendobrak, pepbebas dan pembimbing.
a.       Pendobrak
Beradab-adab lamanya intlektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu,manusia terlena dalam alam, mistik yang penuh sesak dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai motos dan mite. Manusia menerima begitu saja segala penuturan dongeng dan takhayul itu merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang,sedangkan tradisi itu benar dan tidak dapat diganggu gugat maka dogeng dan takhayul itu pasti benar dan tidak boleh di ganggu gugat.
Oleh sebab itu, orang-orang yang dikatakan memiliki suatu rasiaonal yang luar biasa juga pernah percaya kepada dewa-dewi yang duduk dimeja perjamuan di olympus sambil mengucapkan kayangan dengan sorakan dan gelak tawa tidak henti-hentinya. Mereka percaya kepada dewa-dewi yang saling menipu satu sama lain, licik, sering memberontak dan kadang kala seperti anak-anak nakal.
Keadaan tersebut berlansung cukup lama, kehadiran filsafat telah memdobrak pintu-pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu sakral dan selama itu tidak boleh diganggu gugat. Kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu yang cukup panjan,kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat benar-benar berperan selaku pendobrak yang mencengangkan.
b.      Pembebas
Filsafat bukan sekedar mendobrak pintu penjaga tradisi dan kebiasaan yang penuh berbagai motos dan mite,melainkan juga merenggut manusia keluar dari dalam penjara itu. Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian pula,filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berfikir mitis dan mistis.
Sesungguhnya filsafat telah,sedang,dan akan terus berupaya membebaskan manusia dari kurangnya pengetahuan yang menyebabkan manusia menjadi picik dan dangkal. Filsafatpun membebaskan manusia dari cara berfikir tidak kritis yang membuat manusia mudah menerima kebenaran semu yang menyesatkan.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang mempersempit ruang gerak akal budi manusia.
c.       Pembimbing
Bagaimana filsafat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia itu. Sesungguhnya filsafat hanya sanggup melaksanakan perannya sebagai pembimbing.
Filsafat membebaskan manusia dari cara berfikir yang mistis dan mitis dengan membimbing manusia untuk berfikir secara rasional. Filsafat membebaskan manusia dari cara berfikir yang picik dan dangkal dengan membimbing manusia untuk berfikir secara luas dan mendalam yakni berfikit sacara universal sambil berupa mencapai radix (mendalam) dan menemukan esensi suatu permasalahan. Filsafat membebaskan manusia dari cara berfikir yang tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia untuk berfikir sacara sistimatis dan logis. Filsafat membebaska manusia dari cara berfikir yang tidak utuh dan begitu pula fragmentasi dengan membimbing manusia untuk berfikir secara integral dan kohelen.
3.      Kegunaan Filsafat
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadi orang mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metode-metode ilmu khusus. Jadi filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan ruang lingkupnya. Kemampuan itu dipelajari melalui dua jalur yaitu secara sistematis dan historis.
Pertama secara sistematis artinya filsafat menawarkan metode-metode mutakhir untuk menangani permasalahn mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik pengetahuan biasa maupun ilmiah tentang tanggung jawab, keadilan dan sebagainya.
Jalur kedua adalah sejarah filsafat, melalui sejarah filasafat kita belajar untuk mendalami, menanggapi serta mempelajari jawaban yang ditawarkan oleh para pemikir dan filsuf terkemuka.
Adapun beberapa kegunaan mempelajari filsafat antara lain yaitu :
a.    Dengan belajar filsafat diharapkan akan menambahkan ilmu pengetahuan karena dapat bertambahnya ilmu pengetahuan akan bertambah pula cakrawala pemikiran,cakrawala pandang yang semakin luas.
b.    Dasar semua tindakan adalah ide. Sesungguhnya filsafat didalamnya memuat ide-ide yang fundamental.
c.    Dengan adanya perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi kita semakin ditantang dengan memberikan alternatifnya.
Menurut Franz Magnis Suseno (1991) kurang-kurangnya ada tiga kemampuan yang sangat dibutuhkan orang pada zaman sekarang yang harus atau memberikan pengarahan, bimbingan dan kepemimpinan spritual dan intelektual dalam masyaraka yaitu:
a.    Suatu pengertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia, dengan mempelajari pendekatan pokok terhadap pertanyaan manusia yang paling hakiki, serta mendalami jawaban-jawaban yang diberikan oleh para pemikir besar umat manusia, wawasan dan pengertian kita sendiri diperluas.
b.    Kemampuan untuk menganalisis cara terbuka dan mengkritisi argumentasi, pendapat, tuntutan dan legitimasi dari berbagai agama, idiologi dan pandangan dunia.
c.    Pendasaran metodis dan wawasan yang lebih mendalam dan kritis dalam menjalani study pada ilmu khusus termasuk teologi.
Kegunaan pilsafat dapat dibagi dua yakni  kegunaan secara umum dan secara khusus. Kegunaan secara umum dimaksud manfaat yang dapat diambil oleh orang yang belajar pilsafat denngan mendalam sehingga mampu memecahkan masalah-masalah secara kritis tentang segala sesuatu.kegunaan secara khusus dimaksudkan manfaat khusus yang dapat diambil untuk memecahkan khususnya suatu objek di indonesia. Jadi diartikan terikat oleh ruang dan waktu,sedangkan umum dimaksudkan tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Menurut sebagian para fisuf kegunaan secara umum dari filsafat adalah :
a.    Plato merasakan bahwa berfikir dan memikirkan adalah hal yang nikmat luar biasa sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang maha berharga.
b.    Rene Descartes yang termashursebagai pelopor filsafat modern pelopor pembaruan dalam abad ke 17terkenal dengan ucapannya cogito ergo sum (karena berfikir saya ada). Tokoh ini mempertanyakan segala-galanya,tetapi dalam keadaan serba mempertanyakan itu ada satu hal yang pasti,bahwa aku bersangsi dan bersangsi berarti berfikir. Filsafat berarti berpangkal kepada suatu kebenaran yang fundamental atau pengalaman yang asasi.
c.    Alfred Nort Whithead seorang filsuf modern merumuskan filsafat sebagai berikut yaitu filsafat adalah kesadaran dan pandangan jauh kedepan dan suatu kesadaran akan hidup dan kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh usaha peradaban.
d.   Maurice Marleau Ponty seorang filsuf modern eksistensialisme mengatakan bahwa jasa dari filsafat adalah terletak pada sumber penyelidikannya,sumber itu adalah eksistensi dan dengan sumber itu kita bisa berfikir tentang manusia.

























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kata metode berasal dari kata Yunani yaitu methodos. Meta yang berarti menuju, melalui, pengikuti atau sesudah sedangkan hodos yaitu  jalan, perjalanan, cara atau arah. Jadi methodos berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis ilmiah, uraian ilmiah. Dan metode ini ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.
Dalam hal ini terdapat sepuluh metode dan hanya beberapa metode yang khas bagi filsafat yang dianggap paling penting dan berpengaruh sepanjang sejarah filsafat. Metode yang khas itu lah yang dibahas oleh Anton Bakker dalam bukunya Metode-Metode Filsafat yakni metode kritis, metode intuitif, metode skolastik, metode geometris, metode eksperimentil, metode kritis-transendental, metode dialektis, metode fenomenologis, dan metode analitika bahasa. Sedangkan metode neo-positivitis tidak diuraikannya karena sebenarnya bukanlah metode yang khas filsafat, tetapi hanya metode-metode ilmu eksakta sendiri, dan metode linguistik.
Adapun kegunaan ilmu filsafat yaitu dengan belajar filsafat diharapkan akan menambahkan ilmu pengetahuan karena dapat bertambahnya ilmu pengetahuan akan bertambah pula cakrawala pemikiran,cakrawala pandang yang semakin luas, dasar semua tindakan adalah ide. Sesungguhnya filsafat didalamnya memuat ide-ide yang fundamental dan dengan adanya perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi kita semakin ditantang dengan memberikan alternatifnya.

B.     Kritik dan Saran
Jika ingin menyusun makalah seperti ini diharapkan untuk mengkonsul secara kontinuo kepada dosen pengampuh atau ahli lain, agar hasil makalah yang dibuat dapat bermanfaat lagi terpercaya isinya.



[1]Atang Abdul Hakim, DKK. Filsafat Umum. (Bandung: CV. Pustaka Setia. 2008). Hal. 23-24
[2]Prof. H.Muzayyi Arifin. Filsafat pendidikan Islam.(Jakarta:  PT. Bumi Aksara). 2003.hal 19
[3]Drs. Surajiyo, Filsafat Ilmu, PT. Bumi Askara. 2007. Hal. 9-14
 



0 komentar:

Posting Komentar